SUDAH SIAPKAH SAYA MENINGGALKAN DUNIA BESERTA HUSAIN DAN UMMINYA?


Husain sudah tidur. Umminya juga ikut ikutan tepar tak mau diganggu. Jadilah papa muda sendiri malam ini. Tak ada yang menemani.

Biasanya husain jago bergadang. Bocah itu selalu saja kreatif menyibukan bapaknya. Entah bercerita tentang perseteruannya bersama uut atau bermain rumah-rumahan.

Namun malam ini kebisingan itu berganti sepi. Celoteh husain lenyap ditelan dingin yang mendekap. Curcol umminya juga tak mengudara. Hanya kokokkan ayam yang masih bersahutan. Pun jangkrik yang sedari tadi mencandai lamunan.

Mati. Itu kata yang tiba tiba hadir malam ini. Ngeri juga mengingatnya. Sudah siapkah saya bertemu dengannya? Sudah siapkah saya meninggalkan dunia beserta husain dan umminya?

Sudah lama saya terpisah dari mengingat mati. Saya tahu mati itu pasti, tapi kok lalai berkemas. Dorce saja sudah menyiapkan helaian kafan. Begitu juga anto medan, yang jauh jauh hari sudah menggali kuburannya. Lalu, saya?

Apa lagi yang saya ragukan? Keriangan husain akan berganti sepi di liang lahat. Pun kerling senyum istri, akan berganti gulita di alam kubur. Sungguh, tak satupun manusia yang lepas dari busur maut.

Saya kembali menatap kedua wajah itu. Teduh. Damai. Seakan-akan mereka punya dunia lain di luar jangkauan saya.

"Apa yang kalian lakukan di sana duhai sayangku? Apa kalian mengingatku? Apa kalian bahagia? Apa kalian terbebas dari derita? Aku hanya bisa menatapmu di sini. Berharap kalian tercukupi dengan cinta.

Akan hadir suatu masa disaat kita harus berjalan sendiri. Menjejal tapak yang tak kita ketahui. Menyusuri ruang ruang sepi yang lekat dengan kesunyatan. Jangan takut, kita sudah akrab sejak dulu. Sejak kafilah ruh kita terpisah dan kini kembali kerumpunnya"

FREE WRITING

9 Agustus 2016, 00.14 AM


Share:

0 komentar