CINTA 96 KM
Nak, abi mencintai Ummimu sejak zaman SMP dulu. Sejak rambut
Ummimu masih di kepang dua. Sejak Dao Ming Shi dan geng F4-nya masih merajai
televisi Indonesia. Geng abi juga dulu dinamai F16. Serasa abi menjadi Dao Ming
Shi dan Ummimu Sancai si Rumput Liar.
Tapi percintaan kami tak se alay Meteor Garden. Abi tak sekaya Dao
Ming Shi yang punya uang melimpah untuk menjamin kebahagiaan Sancai. Yang abi
bisa beli hanya setangkai mawar merah seharga dua ribu lima ratus rupiah. Itu
juga harus ngutang dari teman. Dengan bermodal mawar plastik itulah abi
memberanikan diri menembak Ummimu. Tapi jangan salah, mawar boleh imitasi namun
cinta abi, suci, murni dan asli.
Ummimu menjawab ‘ya’ untuk tembakan itu. Dari situlah cinta monyet
kami dimulai. Cinta yang membuat kami selalu bersama. Dimana ada ummi, disitu
ada abi. Dimana ada abi, disitu ada ummi. Dimana ada kami berdua, disitu ada
pak guru yang selalu kepomengintai. Cinta memang payah jika hanya main
belakang.
Abi tidak tahu sejak kapan cinta monyet itu menjelma menjadi cinta
manusia. Yang abi tahu, cinta kami tersepuh oleh penderitaan. Ciyeee, kayak di pilem-pilem aje. Benar nak, cinta kami diwarnai suka duka,
putus nyambung dan putus beneran di aula mokodompit UHO — waktu tes
wawancara beasiswa abalone tahun 2007. Ummimu bilang tak ingin pacaran.
Penderitaan adalah jalan terbaik dalam mengenal cinta. Dalam
penderitaan mengejar cinta Ummimu itulah, abi mengenal makna cinta sejati. Cinta
tak harus memiliki nak. Mengapa? Karena kepemilikian hanya kuasa Allah SWT.
Engkau akan kecewa jika merasa memiliki dunia. Termasuk dalam cinta. Olehnya,
leburkan hatimu pada Pemilik cinta yang tak pernah pudar. Ikuti perintahnya,
jauhi larangnya karena begitulah sabda Sang Kekasih.
Yah, kok pembahasannya jadi berat begini. Husain
tidak pusing kan? Okay, abi jadikan soal cerita aja. Cinta abi pada
ummi itu sepanjang jarak Baubau - Sampuabalo ; Sembilan puluh enam kilometer.
Di tempuh seorang diri oleh pemuda (25 tahun) untuk melamar sang pujaan hati.
Di depan penghulu, pemuda —yang masih keren sampai sekarang—itu berkata
“Saya terima nikahnya Wa ode weka anggun gravika S.Pi binti La Ode Haris Sumba
S.St dengan mas kawin empat ratus boka dibayar tunai karena Allah”. Sah.
Pertanyaannya siapakah nama pemuda rupawan itu?
12.53, 23 Maret 2016
Free Writing 18
By SUHARDIYANTO
Tags:
CURHAT PAPA MUDA
0 komentar