Eliksir Cinta
“Jika saya harus mati dan dibangkitkan tujuh kali lagi,
saya masih mau memperjuangkan cintamu” begitu jawaban saya saat ummu Husain
bertanya tentang berat badannya. Tidak nyambung memang. Tapi apa sih yang
normal dari cinta ? Engkau akan dikagetkan dengan energy dahsyat yang tak
terkira. Seperti atom yang dipecahkan, cinta membangunkan tenaga dari tidur.
Membebaskan kekuatan yang dirantai belenggu.
Para arif menyebut
energy itu dengan eliksir cinta. Semacam batu filsuf (kimiya) yang mengubah
suatu unsur ke unsur lainnya. Sepercik
saja eliksir jatuh ke relung hati, seseorang akan menjelma menjadi manusia
baru.
Inilah rahasia The power of love. Kekuatan yang mampu
mengubah remaja putri unyu yang dulunya lengket dengan selimut, menjadi gesit
dan bergerak secepat kilat saat mendengar bayinya menangis. Merubah lelaki
malas dan lamban menjadi suami aktif dan gesit. Dari manakah kekuatan itu? Apa
dikuliahkan? Atau dilatih?. Tidak, eliksir cintalah yang menampilkan
kemampuan-kemampuan hebat yang terpendam.
Eliksir cinta juga
hadir pada istri saya. Menjadi kekuatan dahsyat saat persalianan buah hati
kami. Meski mengidap nyeri dada, istri saya terus mengejan untuk kelahiran
husain. Saya hampir pasrah, bidanpun menawarkan cesar. Namun wanita anggun itu
masih berusaha, terus berjuang sampai nafas penghabisan. Hingga pekikan Husain
memecah pagi. Melarung bulir peluh bersama air mata bahagia.
Sampai detik ini,
eliksir itu masih terasa. Mendenyut di gubuk sederhana kami. Bibirnya tetap
tersenyum walau tubuhnya lelah. Berkata “Saya bahagia” walau raganya
menderita. Tidak sekali saya
menemukannya terkantuk saat menemani makan. Di pertengahan malampun, dia masih
terjaga di samping husain.
Sayangku, terima
kasih untuk semua eliksir itu. Untuk hujan cintamu yang tak bermusim. Untuk
kasih sayangmu di siang dan malamku. Untuk kesalmu yang tak mengadu. Juga air
matamu yang tak mengeluh.
Sayangku, jika doa
hamba-hamba Tuhan itu adalah jemputan tujuh puluh dua bidadari. Kan kucari yang
bernama Wa Ode Weka Anggun Binti La ode Haris Sumba. Cukup dia yang menjadi
pendampingku di surga nanti.
21.14, 31
Maret 2016
Free Writing 25
By SUHARDIYANTO