EMANG GAMPANG JADI DALANG

Menyuapi husain harus dibarengi dengan keterampilan story telling. Anak ini susah makan kalau tekniknya konvensional. Harus ada cerita kreatif yang lucu, menggugah perasaan, lengkap dengan latar suara yang menyentak-nyentak.

Seperti saban hari, saya kisahkan pesawat inggris melewati camp auswitch di perang dunia kedua. Matanya terbelalak melihat monyong bibir saya meniru pekik burung besi. Saya tidak tahu apakah dia terkesima dengan cerita atau jijik melihat bentuk mulut bapaknya. Yang pasti, gerombolan burung besi yang membawa nasi dan ikan goreng berhasil mendarat mulus di mulutnya. 

Pernah juga saya hadirkan kapal Nabi Nuh di meja makan. Bahtera yang berisi kumpulan binatang plus nasi dan sayur labuh, baru bisa menerobos mulut setelah terombang ambing di udara. Begitu juga si poh, sang dragon warrior harus berpayah-payah mengeluarkan jurus tai chi untuk membungkam lidah husain.

Ini pekerjaan rumah baru papa muda. Saya harus update dengan perkembangan imajinasi husain. Dunia anak adalah taman kanan-kanan. Masih didominasi gaya random otak kanan. Kalau tidak kreatif ─menganggit cerita cerita baru─ husain tak sudi buka mulut.

Mau tak mau saya harus piawai menjadi dalang 'edan'. Edan? Yah, mana ada dalang yang melakonkan gatot koco membantu hitler memborbardir polandia. Atau behtera Nuh yang tiba-tiba menolong pinguin madagascar.

"Buka mulutnya bebe emon, husain mau suap ikan goreng"

Siang ini tak seperti biasanya. Husain yang jadi dalang. Bocah ini agak kesal melihat boneka berkepala lonjong duduk membisu tak mau makan.

"Abi, tolong kasih makan bebe emon, nanti dia sakit" rujuk husain dengan wajah penuh harap.

Emang gampang jadi dalang.

FREE WRITING
11.18 AM. 7 AUGUST 2016


Share:

0 komentar