Obat anti galau


Berbahagialah bagi  yang dilanda galau, engkau bakal menjadi pujangga hebat. Dalam dunia percintaan, kita mengenal Kahlil Gibranpenyair besar yang karyanya sering dikutip para galauers. Siapa yang tidak mengenal dia hari ini? Tapi tahukan kalian bahwa Kahlil Gibran kurang sukses di dunia percintaan. Yah, sang penyair ternyata sering galau, kisah cintanya selalu sad ending. Sampai ajal menjemput, dia tak pernah menikah. Tidak heran tulisannya begitu menyayat hati, sangat mengena di sanubari. Jika engkau ingin menjadi penyair hebat, galaulah dalam cinta.
 
“Jarak terjauh bukanlah ketika engkau jauh dariku, tapi ketika engkau di sampingku, namun tak mencintaiku lagi.”begitu kata teman saya yang terdiagnosis galau. Entah dari langit mana dia mengutip kalimat sakti itu. Padahal dia bukan lulusan sastra. Galau memang aneh, kadang mengubah dunia menjadi neraka namun ampuh mempermanis lidah dengan kata-kata indah. Di titik ini, galau punya hikmah.

Bagaimana dengan saya yang sudah menikah? Apakah masih galau?. Heloow, saya juga manusia kale. Punya hati yang berbunga bila terguyur cinta, juga sembilu jika tergerus pilu. Namun sebagai papa muda, galau saya berbeda. Tidak tercebur lagi di samudera alay asmara, tapi seputar rumah tangga. 

Saya bisa galau jika rekening listrik belum dibayar. Hati saya meringis, bila popok Husain hampir habis.  Jiwa saya berguncang, jika beras kosong di gumbang. Stop ini sudah alay.

Galau adalah tempat tinggal yang menyengsarakan sekaligus jembatan yang indah jika dilalui. Di rumah, obat anti galau saya bukanlah tembang ‘mantan terindahnya’ raisa atau ‘separuh jiwanya’ noah. Cukup menatap senyum Husain dan Umminya yang memikat. Galau langsung minggat. 

11.36, 20 Maret 2016
Free Writing 13

by SUHARDIYANTO