Tendangan Unyu






Bocah ini tidak tahu lagi berhadapan dengan siapa. Nak, abimu ini mantan kiper Bomber FC. Juara harapan 1 kejuaran sepakbola tingkat kelurahan tahun 2002-2003. Tiga tendangan pinalti berhasil abi jinakan. Sayang kejuaran itu tidak ada nominasi kiper terbaik. Kalau ada, pasti pialanya sudah dipajang dirumah kita.   

“Mundur-mundur abi, dekat pintu. Abi jaga eeee..!!!”. Mata Husain tajam menatap bola. Dia harus mundur beberapa meter untuk mengambil ancang-ancang. Wajahnya serius,  bak tatapan lionel messi. Tak menunggu lama, kaki kecil itu berlari. Agak terhuyung, hampir jatuh. Tangannya dikepal sekuat-kuatnya. “Ciiiiiiiiaaaattttt” suaranya menderu bersama sepakan dahsyat kaki kanan. Tak tanggung-tanggung bola plastic itu bergerak, melambung pendek. Meluncur tujuh puluh lima senti, lalu berhenti. “Goooollllll, husain menang” pekik Husain pagi ini. 

Saya hanya bisa melongo. Pintu yang jadi gawangpun berpikiran sama. Seandainya bisa bicara, mungkin dia akan berkata, “Macam mana pula tendanganmu bujang?. Namun Tubuh kecil itu tetap melonjak kegirangan. Tawanya lepas. Tanganya masih mengepal seraya ditonjok-tonjokan ke udara. Mungkin ini selebrasi untuk tendangan unyunya. 

“Abi, husain juara to?” Tanya husain dengan wajah lugunya.

“Iya nak, husain juara”. Tendanganmu mungkin terpendek se kecamatan. Jauh dari sepakan boa salosa atau andik hermansyah. Tapi jangan pernah menyerah. Yakinlah, setiap tendangan dahsyat pasti dimulai dari seribu tendangan unyu. Seorang Christiano Ronaldopun tidak lahir langsung mahir menggocek bola. Semua butuh waktu. 

Lagipula, dunia bola juga sudah bosan dengan tendangan pisang, tendangan geledek, tendangan Roberto carlos, tendangan garuda atau tendangan dari langit. Sekali-kali penonton butuh sesuatu yang baru, yang lain dari yang lain. Olehnya, berbahagialah nak, karena engkau merintis mazhab baru. Sebuah tendangan unyu. Sepakan yang keindahannya hanya dimengerti oleh abimu. 

22.07, 1 April 2016
Free Writing 26

By SUHARDIYANTO