MENULIS DALAM JEMAWA CINTA
Beruntunglah jika cinta membuncah di dadamu.
Apapun yang engkau sentuh akan menjadi karya. Seperti eleksir, cinta merubah
sepercik air jadi mutiara, pecundang jadi pujangga. Berjuta lagu, puisi, prosa,
film, novel, dan lain sebagainya hadir dalam jamuan cinta.
Begitulah, sejak dulu cinta selalu berhasil merobek kekalutan manusia dalam
ekstase rasa dan karya.
Apapun dalam cinta ─rindu, galau, takut, marah, pilu, ataupun
alay─ jangan biarkan berlalu. Ikatlah semua dalam kepingan cerita. Tak peduli
se-kering dan sejelek apa hasilnya. Teruslah berkarya. Terkadang, keindahan
butuh waktu untuk dipahami. Jadi, jika karyamu dibilang katro, katakan saja,
“Kau tak cukup ilmu untuk memahaminya. Keindahan ini, untuk manusia setelahmu”.
Benar, kata terlalu rapuh untuk mengikat cinta. Bahkan terlampau mustahil.
Namun jangan putus asa. Kalaupun tidak seutuhnya, setidaknya karya cintamu hari
ini menjadi kepingan indah. Mungkin saja kepingan itu tergenapkan oleh kepingan
rindu di hari esok.
Mulailah mengabadikanya dari cara yang sederhana. Menulis misalnya.
Memang tak mudah awalnya. Engkau harus dilanda stress, bingung, frustasi bahkan
putus asa. Namun yakinlah, semua penulis handal mencecap juga apa yang kau
rasa. Semua bisa karena biasa. Dan dari kebiasaan itulah kita mengundu cinta.
Yah, cinta. Satu kata yang sampai hari ini, tak satu manusiapun kuat membendung
jemawahnya.
Jika energi itu membuncah di dalam dada, masihkah kau ragu untuk
berkarya?
FREE WRITING
Steam pos III, 11.54 AM, 28
July 2016.
Tags:
CANDU CINTA
0 komentar