PENDIDIKAN RAMAH OTAK
Mama Jana paham betul bagaimana ikan yang baik untuk parendenya. Tekstur, aroma,
dan kesegaran ikan ; bumbu mana yang cocok untuk ikan ; berapa lama
memasak ikan ; sampai cara penyajian. Begitu juga dengan penjual kasoami. Ina-ina kita pasti tahu kaopimana yang baik untuk
kasoaminya ; bagaimana cara mengukus yang baik ; bagaimana cara menjaga kasoami
agar tetap mambaka untuk disantap. Kita dapat mengatakan
Ina-ina kita dan Mama Jana begitu profesional karena mengerti tentang bahan utama ;
Kaopi dan ikan yang diolah menjadi kuliner Buton yang nikmat. Bagaimana dengan
guru dan orang tua? Seseorang bisa dikatakan guru atau orang tua yang
profesional ketika paham betul bahan utama kecerdasan (baca : otak) yang selama
ini diolah menjadi anak yang berguna.
Sayangnya pengetahuan tentang otak jarang menyentuh
kurikulum di fakultas pendidikan kita. Padahal yang namanya pendidikan pasti
bersinggungan dengan penggunaan dan optimalisasi otak. Bisa dibayangkan jika
seorang gaptek mencoba mereparasi smartphone buatan
Jepang atau Amerika. Kemungkinan besar HP itu akan hank. Dan bisakah anda bayangkan
jika guru dan orang tua mencoba mengutak-ngatik kepala anak yang notabene
smartkids buatan Tuhan, tanpa pengetahuan sedikitpun tentang otak. Satu
bentakan saja bisa membunuh milyaran sel saraf pada otak anak. Berapa banyak
bentakan juga kalimat negatif seperti bodoh, idiot, nakal, Pongke, otak udang yang dikonsumsi
anak setiap harinya. Tanya pada rumah dan sekolah kita.
Salah satu pemikiran mutakhir tentang otak adalah
konsep triune brain. Pada dasarnya otak manusia terbagi menjadi tiga bidang
spesialisasi yang saling berhubungan. Pertama, Otak reptil yang terletak pada
rongga kepala bagian dasar, muncul dari tulang punggung. Bagian otak ini
mengontrol fungsi dasar seperti pernafasan, detak jantung, dan insting primitif
berupa respon bertahan hidup “lawan atau lari ketika bahaya mengancam. Elemen
otak ini terdapat juga pada kadal, buaya dan burung. Karena itu dinamakan otak
reptil.
Kedua, Sistem limbik. Bagian otak tengah yang ternyata
ditemukan juga pada hewan mamalia. Komponen kunci dari bagian otak ini adalah
Hipotalamus dan amigdala. Sistem limbik berfungsi mengendalikan emosi, hormon,
rasa haus, rasa lapar, seksualitas, pusat-pusat rasa senang, metabolisme,
fungsi kekebalan, dan bagian penting dalam memori jangka panjang. Bagian otak
ini juga bekerja seperti saklar yang menghubungkan informasi yang masuk untuk
diteruskan ke Neokorteks (otak berpikir tingkat tinggi) atau bergerak turun ke
insting primitif (otak reptil).
Ketiga, Neokorteks (otak berpikir). Penutup otak yang
melilit berupa zat berwarna kelabu yang merupakan 80-85% dari masa otak. Bagian
otak inilah yang membuat manusia menjadi sebenar-benarnya manusia, dan menjadi
mahluk yang unik. Bagian ini berhubungan dengan berpikir tingkat tinggi seperti
merencanakan masa depan, memecahkan masalah, berbahasa, kendali motorik,
berpikir abstrak dan kreatif serta intuisi
Apa hubungan konsep triun brain dengan pendidikan?
Pendidikan kita cenderung berkutat pada otak reptil.
Belajar hanya sebatas menghafal. Belajar dikatakan sukses ketika siswa mampu
memindahkan kata-kata guru dan buku sama persis. Lengkap dengan titik komanya.
Lihatlah soal ujian kita yang pilihan ganda itu. Begitu otoriter
memaksakan jawaban pada satu pilihan saja.
Guru adalah pusat kekuasaan. Sedangkan siswa sebagai
pelayan yang patuh dan pasif. Spirit reptil dibangun atas dasar mempertahankan
diri (takut berbuat salah), tanpa perhatian pada perasaan, serta ikatan sosial
di lingkungan pendidikan. “Anak-anak kerjakan sendiri soal ini, jangan ribut
dan dilarang kerja sama”. Siswa tidak dididik untuk berpikir kreatif,
memecahkan masalah, dan berpikir sendiri. Pemikiran nyeleneh, non familiar,
atau unik dianggap sebagai suatu pembangkangan. “Anak-anak matahari
tenggelamnya di mana?” seorang bocah pesisir bone-bone menjawab “di laaaauuuut
ibu guru”. Bodoh mu juga dank ko tidak baca k buku catatanmu, matahari itu
tenggelamnya di barat” jawab ibu guru ketus.
Bagaimana pendidikan yang ramah otak?
Pembelajaran yang baik harus menggunakan keseluruhan
diri kita (Otak, Tubuh, emosi dan semua indra). Istilah kerennya Holistic
Learning. Kita tetap menjaga fungsi reptile dalam kepatuhan pada kebiasaan yang
positif. Mengulang materi pembelajaran secara konsisten sangat baik untuk
menguatkan daya ingat. Namun ini saja tidak cukup.
Libatkan emosi yang kuat dalam pembelajaran. Berilah
pujian, motivasi, dan didiklah anak anda dengan penuh cinta kasih.
Pembelajaran yang penuh dengan perasaan positif akan menstimulus system limbic
untuk meneruskan informasi ke tingkat yang lebih tinggi (Neokorteks). Satu
Pujian atau pelukan akan membangkitkan kecerdasan lebih dari 10 trilyun sel
otak saat itu juga. Sebaliknya, perasaan negative
yang berisi ketegangan, marah-marah, kecemasan, takut, stres dan depresi
membuat saklar limbic turun ke area reptile. Anak anda mungkin duduk tenang,
namun bukan untuk belajar melainkan bertahan hidup. Belajar menjadi lambat bahkan
terhenti.
Hilangkan kompetisi individu yang berlebihan.
Doronglah anak untuk bekerjasama bukan bersaing. Kerja sama memposisikan anak
sebagai pembelajar sekaligus pengajar. Dengan bekerja sama, anak bisa
mengoptimalkan daya otak keseluruhan serta meningkatkan kuantitas dan kualitas
belajar. Kecerdasan sosial dalam sistem limbik akan terpantik dengan bekerja
sama. Kompetensi abad 21 bukanlah kemampuan bekerja sendiri melainkan membangun
kerjasama (link). Sedini mungkin didiklah otak anak anda untuk bekerja
sama.
Latihlah area neokorteks dengan memberi kesempatan
pada anak untuk mengolah informasi bukan lagi menyimpannya (baca : Menghafal).
Biasakan anak berpikir mandiri, Kreatif dan menciptakan makna serta nilai bagi
diri mereka sendiri. Einsten pernah berkata Imajinasi lebih penting daripada
pengetahuan.
Hindari pembelajaran yang memposisikan anak harus
duduk diam berjam-jam. Selain menyiksa, membuat ngantuk, pembelajaran pasif
juga tidak ramah otak. Gerakan fisik membuat sirkulasi darah ke seluruh tubuh
termasuk otak dapat berjalan lancar. Merangsang keluarnya zat-zat kimia yang
penting bagi kontruksi jaringan saraf di otak.
Ayo, ajaklah anak-anak cerdas itu untuk beranjak dari
tempat duduknya. Kemaslah pembelajaran dengan strategi yang happy, mendorong kreativitas serta
menggerakan fisik anak. Para peneliti otak modern menemukan bahwa berpikir dan
system motorik tubuh berkaitan erat dalam otak. Bagian Neokorteks yang mengatur
pikiran dan pemecahan masalah berada tepat disamping bagian neokorteks yang
mengontrol pergerakan diseluruh tubuh. Pikiran dan tubuh diikat menjadi satu
oleh system syaraf dan system peredaran darah. “Jika tubuh bergerak, otak akan
beranjak”.
(Dipublikasikan di Buton Pos, Rubrik Opini, edisi
Sabtu 22 Agustus 2015)
Tags:
EDUCATION
0 komentar