SEANDAINYA PAPA MUDA JADI MENTERI PENDIDIKAN
Baru
saja saya membaca buku hebat dari seorang psikolog pendidikan dunia. Namanya,
Dr. Silberman. Buku hebat itu berjudul Active learning yang berisi 101 strategi
mengajar aktif di kelas.
Seperti
biasa, saya membacanya random. Mulai menguliti daftar isi yang menggigit.
Bingo, jari saya tergigit disatu judul strategi yang unik ; Learning Jurnal. Strategi ini berbicara tentang jurnal belajar. Intinya, setiap siswa diakhir pembelajaran menjelaskan tentang pengalaman dalam belajar : apa yang tidak dimengerti, kemampuan guru mengajar, suasana kelas, atau kondisi hati, pikiran bahkan lamunan dalam kelas. Pengalaman-pengalaman itu dituangkan dalam satu jurnal belajar.
Ini strategi menarik. Dengan strategi ini, guru
bisa mengetahui kondisi muridnya di dalam kelas. Lewat jurnal belajar, guru
bisa mengetahui masalah dalam pembelajaran dan memberikan solusi perbaikan.
Itu baru satu strategi loh yang saya baca.
Rumpun strategi berikutnya bikin merinding. Ada pendekatan strategi untuk
pengajaran kelas penuh, merangsang diskusi kelas, team building, belajar
mandiri, belajar efektif. pengembangan kecakapan, bagaimana belajar agar tidak
lupa, sampai kategori penilaian diri.
Satu pendekatan diatas bisa berisi 9-10
strategi. Ini gila. Ada 101 strategi belajar aktif yang membuat siswa bahagia
belajar. Hebatnya, semua strategi itu adalah pengalaman dari seorang silberman.
Saya ingin sekali mencecap ilmu dari guru yang punya segudang strategi.
Tiba-tiba pikiran saya langsung tertuju pada
wacana gebrakan menteri baru ; Fullday school. Ini memang satu gebrakan
dahsyat. Bayangkan saja, dengan jam belajar normal (7 jam), sekolah sudah
menjelma menjadi neraka. Apalagi jika jamnya difullkan.Mau jadi neraka tingkat
berapa itu sekolah? Tak heran jika kak seto meradang. Banyak sekolah kita hari
ini (terlebih yang negeri) adalah penjara yang penuh kekalutan dan penderitaan
bathin.
Buru-buru saya katakan bahwa saya tidak
menjengkeli sekolah fullday school sepenuhnya. Yang saya sesalkan, kebijakan
ini terlalu prematur. Tanpa mempertimbangkan keadaan sekolah, terutama
kompetensi dan kesejahteraan guru. Ada kesejahteraannya yah.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa sekolah kita
hari ini jauh dari kata 'taman siswa'. Sekolah lebih mendekati makna
'Kerangkeng siswa'. Banyak hal yang menjadi musababnya. Namun kuasa primanya
adalah guru miskin strategi belajar. Ngajarnya nggak asik, apalagi
membahagiakan.
Coba tanya guru yang anda temui, berapa
strategi mengajar yang dikuasai? Pasti anda kaget dengan jawabannya. Dari zaman
kartini sampai syahrini, metode belajar pamungkas yah ceramah, paling banter
imla.
Tidak heran sekolah menjadi kaku. Begitu-begitu
saja suasananya dari zaman bang rhoma sampai lady gaga. Sudikah anda
mendengarkan ceramah selama 7 jam non stop tanpa gerak dan harus duduk diam?
Bayangkan jika waktunya ditambah seharian penuh. Tegakah anda paksakan itu pada
anak anak.
Yah, kalau papa muda ini jadi menteri
pendidikan, gebrakan awal yang saya lakukan adalah menjadikan guru sehebat
(mudah mudahan bisa lebih) silberman. Pun menjadikan gajinya jua sebesar
siberman. Emang berapa sih gaji om bule itu? Yang pasti, bisa membuat guru tak
perlu nyambi lagi. Biar konsen ngurusin siswa
Seandainya itu bisa terjadi. Papa muda kawin lagi. Aduh, keceplosan. Maaf bebs, maksudnya beliin ummi daster baru. PEACE
Seandainya itu bisa terjadi. Papa muda kawin lagi. Aduh, keceplosan. Maaf bebs, maksudnya beliin ummi daster baru. PEACE
FREE WRITING
09.01 PM 10 august 2016
Tags:
CURHAT PAPA MUDA
0 komentar