Menulis itu seperti menyelam




Menulis itu tak seperti trick sulap. Ketika mengucap ‘simsalabim abracadabra’, tring… langsung bisa menulis. Cara seperti itu hanya ada di film-film saja. Dalam kehidupan nyata, menulis adalah sebuah keahlian yang membutuhkan proses. Tak bisa sekali jadi. Tak bisa juga di kuasai hanya dengan berteori saja. Jari, hati dan pikiran kita harus di habitkan.


Berbicara mengenai  habit, saya teringat buku felix siauw yang berjudul sama ; Habit. Habit adalah anak yang lahir dari ayah yang bernama Practise (praktek) dan ibu yang disebut Repetition (mengulang). Tanpa kolaborasi dari pasutri itu, habit tidak akan terbentuk.

Menulis harus dimulai dari practice. Tak perlu belajar teori yang teralu njilimet. Cukup alirkan hatimu dengan menulis tanpa henti selama 10 menit setiap hari. Tak perlu mengedit. Tak perlu melihat lagi kebelakang dan mengadakan perbaikan. Latihan ini lebih mengutamakan proses dari pada hasil. Tugas kita hanya menulis. Titik. Cara ini, oleh guru saya (hernowo) dinamakan Free Writing.

Ulangi kebiasan free writing itu selama 40 hari. Teruslah konsisten dengan jalan itu. Hadirkan Repetition sebagai latihan agar diri kita terlatih untuk selalu menulis.

Yakinlah, setelah menjalani Free Writing dengan menyinergikan peran pasutri itu, Habit menulis akan menjelma menjadi perasaan cinta. Hingga kita akan merasa galau jika sehari tak menulis. So, simple kan. Mari mencobanya. Ingat, menulis itu seperti menyelam. Cukup tenggelamkan hati kita dilautan pena. Lalu biarkan jari kita menulis lepas tentang apa saja ; Kerang kecil, kepiting lucu, atau mutiara-mutiara cinta.

07.41, 22 Mei 2016
Free Writing 5
By SUHARDIYANTO

Share:

0 komentar