Perfect Practise
Jangan tunggu sampai besok apa yang bisa kita lakukan
hari ini. Kalimat bijak ini punya energi besar yang menggerakan. Benar, manusia
sering terlena dengan kenyamanan yang diperolehnya hari ini. Mereka enggan
mencoba sesuatu yang baru atau mengembangkan apa yang sudah diperolehnya. Yang penting bisa selamat deh, tidak usah
repot-repot, kan hari ini hidup uda
nyaman
Dari kenyamanan yang melenakan itulah, hadir penyakit
kronis bernama malas. Jangan salah, malas itu bukan hanya temannya orang bodoh
tapi banyak juga digandrungi para akademisi. Buktinya bisa kita lihat hari ini.
Jumlah pengangguran intelektual di Indonesia sungguh sangat luar biasa.
Lalu mengapa banyak akademisi yang terjerat dalam
perangkap malas?
Jawabannya menurut saya adalah kesalahan dari menempuh
jalur pendidikan. Kampus kita hari ini hanya memproduksi sarjana yang boleh
jadi rajin berpikir─meskipun jarang ditemukan─namun sayangnya malas bertindak (action). Belajar bagi mereka hanyalah mencerna teori-teori dosen
dan puncaknya dibuktikaan dengan nilai tertinggi. Mereka mengganggap itulah
jalur kesuksesan. Padahal, jauh panggang dari api. Realitas membuktikan hal
yang berbeda. Lalu bagaimana seharusnya?
Orang bijak berkata practice
make perfect. Ungkapan ini sebagiannya benar. Tak ada keberhasilan yang
bisa diraih lewat lamunan teori saja. Action
adalah penentu dari ide yang kita buat. Yakinlah, kampus terbaik bukanlah
Harvard, melainkan gelanggang kehidupan. Dan dosen terbaik bukanlah mereka yang
bertitel eropa dan amerika, melainkan pengalaman hidup.
Bertarung di kompetisi abad 21, cukupkah dengan just action?
Saya lebih sepakat dengan apa yang dikatakan Twyla
Tharp, perfect practice-lah yang
membuat seseorang menggapai keberhasilan. Jika kita asal action, hasilnya akan biasa-biasa saja, bahkan bisa semakin
terpuruk. Tak ada cara yang lebih baik selain bekerja sampai titik sempurna.
Kembali pada awal paragraf tulisan ini, mulailah perfect practice dengan tidak menunda
pekerjaan yang bisa dilakukan hari ini. Titik
air memang bisa melubangi karang, tapi kelamaan cuy. Di zaman nuklir sekarang, kita butuh senjata laser yang bisa
melubangi dua atau tiga karang sekali tembak. Termasuk untuk melaser hati-hati
kita yang telah membatu oleh karakter malas. Ayo sempurnakan kerja. Perfect practice is more powerfull.
4.48, 23 Mei 2016
Mengikat
Makna
By
SUHARDIYANTO
0 komentar