Harapan Setan
Tahukah kalian kerugian terbesar manusia?
Kehilangan istri? Kehilangan jabatan? Atau kehilangan kecantikan dan
ketampanan? Semua punya jawaban masing-masing. Menurut saya, kerugian terbesar
manusia terjadi tatkala manusia kehilangan dimensi spiritual dalam dirinya.
Orang beriman tak akan terpuruk
walaupun kehilangan istri, jabatan, kecantikan, kekuasan, dan lain sebagainya.
Mengapa? Karena dia meyakini bahwa hidup ini hanyalah sementara. Ada yang
selalu bersamanya dalam menjalani tapak hidup yang fana ini. Olehnya , dia tak
mudah goyah oleh himpitan nestapa. Bukankan orang yang beriman yakin dalam doanya
“Ya Tuhanku, hanya kepadaMu hamba bersimpuh, hanya kepadaMu hamba meminta
pertolongan. Sungguh Engkaulah Pemilik hidup dan matiku”
Inilah yang menjadi kekuatan manusia
yang di dadanya membuncah keimanan. Iman memperteguh hati manusia saat
kehilangan hiasan-hiasan dunia. Imanlah yang menciptakan sikap optimis dan
melapangkan dada manusia agar kuat menghadapi ketirnya kehidupan. Iman juga
menjadi suluh, agar manusia melek dari tipu muslihat dunia.
Dan yang lebih hebat lagi, Iman itu
seperti anti virus. Membunuh berkembangnya harapan-harapan setan yang
berkelebat di hati manusia. Apa harapan-harapan setan itu? Harapan-harapan yang
menjadikan manusia menghambur-hamburkan kekuatan pikiran dan imajinasinya
secara percuma.
Tidak sedikit manusia yang yang
terinveksi ‘harapan setan’ : Ingin harta melimpah dengan menghalalkan segala
cara, Ingin wajah istri cantik hingga kiamat, Gila hormat dari manusia, atau
ingin hidup abadi di dunia.
Harapan setan ini mengingatkan saya
pada wejangan Gandhi, “Dunia ini cukup untuk tujuh turunan manusia, namun tidak
cukup untuk seorang manusia serakah, meski dihamparkan tujuh dunia”. Manusia
serakah adalah pasien pengidap harapan setan.
Al Quran sebagai cahaya kehidupan
telah memperingatkan kita akan bahaya virus setan. Setan memberikan janji dan harapan kepada manusia, namun ketahuilah
bahwa harapan-harapan itu adalah dusta, itu tidak lain tipuan semata. So,
jika ingin hidup bahagia, mulailah dengan memerangi segala bentuk khayalan dan
harapan dusta yang akan menipu. Jadikan iman sebagai bahtera dalam menghadapi ketirnya
samudera hidup. Jika Sang Maha Pemberi Kemudahan, hidup di hati kita. Maka
beban mana lagi yang kita risaukan.
Mengikat Makna
6.57,
21 Mei 2016
0 komentar