Cinta adalah penjara yang ngangenin.
Yang membuat penghuninya bahagia dijeruji. Seperti yusuf yang memilih bui
tinimbang berkasih dengan zulaikha, cinta membuat kita kangen dibelenggu.
Tersipu genit dirantai rindu.
Nak, pernahkah kau lihat cacing,
mahluk kecil tak berkaki yang mengeluh sambil membentur-benturkan kepalanya di
dinding? Atau elang yang menukik tajam ke bebatuan karena frustasi tak mendapat
mangsa? Ketahuilah, hanya manusia, mahluk yang manja pun piawai berkeluh kesah.
Romantis diawal nikah itu biasa.
Namun jika masih bebs-bebsan diusia tua, itu baru luar biasa.
Saya kerap terpukau dengan pasangan
tua yang selalu romantis. Yang masih genit-genitan walau sudah bau tanah. Yang
suka belai-belaian meski kulitnya penuh keriput. Yang doyan sun-sunan walau
giginya tinggal dua.
Siapa bilang kita dijajah belanda
350 tahun dan jepang 3,5 tahun. Memang apa yang dijajah? negara? Wong negara
ini baru lahir tahun 1945.
Saya sependapat dengan presiden
negeri jancuk (sudjiwo tedjo) : Yang dijajah bukan negara, melainkan sebagian
kerajaan di nusantara. separuhnya lagi, tetap berjuang hingga tetes darah
penghabisan.
Selain wadah menampung kebahagian,
menulis adalah rapor perkembangan anak. Dengan merekam setiap moment bersama
husain, tak sadar saya mengumpulkan informasi berharga tentang anak saya. Mulai
dari perkembangan aksara, suasana hati, minat, bakat, atau perkembangan fisik.
Seperti kemarin, saya baru tahu kalau pipinya sudah mulai tembem dan agak
gemukan.
Kalau tidak salah, marlyn monroe
pernah berkata "anak yang kurang mendapat kasih sayang ayah, akan mencari
mencari kasih sayang ayahnya dari ranjang ke ranjang lelaki lain"
Melihat pola pergaulan anak muda
sekarang, saya merasa ngeri bercampur pilu. Baru baru ini koran lokal
mewartakan tindak perkosaan seorang guru ngaji di Buton tengah. Korbannya
adalah anak yang kebetulan masih bersebelahan rumah. Di Buton selatan, seorang kakek
tega memperkosa cucunya sendiri. Edannya, tindak bejat itu telah digarap selama
dua tahun. Di sekolah unggulan kota baubau santer terdengar foto ciuman dan
kasus aborsi. Eh, bocah ingusanpun tak mau ketinggalan, dengan gilanya mereka
melakukan tindakan tak senonoh di dalam kelas di sekolah dasar negeri wilayah
lamangga.
Alkisah, hiduplah seorang pemburu kesepian yang berkawan dengan
beruang yang juga kesepian. Sebagaimana hukum dari persahabatan ( jiwa hanya bersua
dengan yang identik) kedua mahluk ini berjodoh dalam sepi. Dimana ada beruang
disitu ada pemburu yang menemani. Pun sebaliknya, disaat si pemburu galau, sang
beruang jua penerbit riang.
Setelah 'berpayung awan', celoteh husain yang memukau teranggit
juga hari ini. "Abi, antar husain ke bulan"
Iya nak, abi akan mengantarmu kemana saja : Menjelajahi tujuh
benua, lima samudera, bergelantungan di bulan, memetik bintang atau menyelami
langit-langit semesta.
Baru
saja saya membaca buku hebat dari seorang psikolog pendidikan dunia. Namanya,
Dr. Silberman. Buku hebat itu berjudul Active learning yang berisi 101 strategi
mengajar aktif di kelas.
Seperti
biasa, saya membacanya random. Mulai menguliti daftar isi yang menggigit.
Bingo, jari saya tergigit disatu judul strategi yang unik ; Learning Jurnal. Strategi ini berbicara tentang jurnal belajar. Intinya, setiap siswa diakhir pembelajaran menjelaskan tentang pengalaman dalam belajar : apa yang tidak dimengerti, kemampuan guru mengajar, suasana kelas, atau kondisi hati, pikiran bahkan lamunan dalam kelas. Pengalaman-pengalaman itu dituangkan dalam satu jurnal belajar.
Husain sudah tidur. Umminya juga ikut ikutan tepar tak
mau diganggu. Jadilah papa muda sendiri malam ini. Tak ada yang menemani.
Biasanya husain jago bergadang. Bocah itu selalu saja
kreatif menyibukan bapaknya. Entah bercerita tentang perseteruannya bersama uut
atau bermain rumah-rumahan.
"Abi, mau? Kelapanya enak. Mari ummi suap"
Jangan sayang, kegenitan kita mendzolimi kaum jomblo. Romantis
disela kesendirian orang lain adalah dosa sosial. Bisa saja ada jomblo yang
rapuh jiwanya lagi menatap kita. Bisa jadi dia mengutuk diri sambil memamah
kelapa lengkap dengan tempurungnya. Just kidding mas bro! jangan disila ke
hati.
Cinta adalah penjara yang ngangenin. Yang membuat penghuninya
bahagia dijeruji. Seperti yusuf yang memilih bui tinimbang berkasih dengan
zulaikha, cinta membuat kita kangen dibelenggu. Tersipu genit dirantai rindu.
Ada yang menarik dari pelaksanaan UN Tahun 2014. Nurmilati
Abadiah, siswi SMA Khadijah Surabaya, melayangkan surat terbuka untuk menteri
pendidikan Indonesia. Surat yang berjudul “Dilematika UNAS: Saat Nilai Salah
Berbicara” begitu berani menantang Muh. Nuh untuk mengerjakan soal UN.
“Saya tantang Bapak untuk duduk dan mengerjakan soal Matematika
yang kami dapat di UNAS kemarin selama dua jam tanpa melihat buku maupun
internet.Jika Bapak bisa menjawab benar lima puluh persen saja, Bapak saya akui
pantas menjadi Menteri. Kalau Bapak berdalih 'ah, ini bukan bidang saya',
lantas Bapak anggap kami ini apa? Apa Bapak kira kami semua ini anak OSN? Apa
Bapak kira kami semua pintar di Matematika, Fisika, Biologi, Kimia, Bahasa
Indonesia, dan Bahasa Inggris sekaligus? Teganya Bapak menyuruh kami untuk
lulus di semua bidang itu?”
Surat Nurmilati bukan surat biasa. Surat itu mewakili air mata
8.970 siswa SMA/MA dan SMK se-Indonesia yang tidak lulus UN 2014. Ribuan siswa
dikategorikan tidak lulus hanya karena nilai UNnya tidak memenuhi standar
kelulusan yang oleh Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP) ditetapkan
nilai akhir paling rendah adalah 5,5 dan setiap mata pelajaran paling rendah
mendapat nilai 4,0.
Apa sih kesaktian Empat koma nol dan lima koma lima itu? Kurang
0,0001 aja, Siswa harus menelan pil pahit dari pendidikan yang dijalaninya
selama 3 tahun. Dengan angka sakti itu juga kualitas anak anda bisa ditentukan,
apakah pantas melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi atau tidak. Anak Anda
mungkin hafidz Al-Quran, namun jika tidak bisa menjawab soal kimia maka
pupuslah kesempatan kuliah di fakultas pendidikan agama islam. Adilkah itu?
Demikian juga dialami Siti Hapsah, Siswi yang selalu menduduki
peringkat satu dan juara umum dinyatakan lolos seleksi sebagai mahasiswa
jurusan gizi Masyarakat dan Sumber daya keluarga IPB melalui jalur Penelusuran
Minat dan Kemampuan (PMDK). Sayangya melati tidak bisa melanjutkan pendidikan
karena tak lulus ujian nasional lantaran nilainya kurang 0,26.
(nasional.news.viva.co.id)
Sungguh keramat ketetapan angka BSNP.Dengan deretan nilai itu
saja, UN telah membuat trauma siswa senusantara.Virginia Endah, Siswi SMA
Pancasila 1, nekat menenggak cairan pengharum ruangan, meski nilai UN belum
diumumkan secara resmi. Di SMKN 3 Muara Jambi, Wahyu Ningsih mengakhiri
hidupnya dengan makan obat pestisida gara-gara tidak lulus UN. Di kampung saya,
gagal UN bisa jadi aib seumur hidup bahkan sampai 3 turunan.Ironis memang.
Pendidikan Indonesia cukup unik. Negeri heterogen dengan 350
etnis suku serta 483 bahasa dan budaya harus distandarisasi kecerdasan
bangsanya melalui beberapa mata pelajaran (Mapel) pilihan.Terus yang memiliki
kecerdasan selain Mapel pilihan itu gimana? Bisakah kita menerima penilaian
tunggal UN yang menitik beratkan pada kemampuan kognitif? Atau adakah penilain
lain yang lebih manusiawi dalam melihat kecerdasan siswa?
Multiple intelligence sebagai pandangan baru yang menghargai
ragam kecerdasan anak,mencoba menawarkan system penilaian humanis. Namanya
penilaian otentik. Berbeda dengan penilaian sebelumnya yang Kognitif Minded,
Penilaian otentik merekam semua kecerdasan anak meliputi keterampilan berpikir
(kognitif), keterampilan berkarya (Psikomotorik), serta Keterampilan bersikap
(afektif). Anak tidak hanya dinilai dari secarik kertas, tapi juga dari
kesantunanya bertutur, kesopanan, kejujuran, tanggungjawab termasuk sikap
social dan spritual.
Penilaian otentik juga memangkas budaya lama yang menyesatkan.
Konsep rangking-rangkingan tidak dianut lagi dalam penilaian ini.Sebagai
gantinya Penilaian otentik bermahzab Ipsative,hasil belajar siswa dinilai dari
perkembangan siswa itu sendiri sebelum dan sesudah mendapatkan materi
pembelajaran (Munif Chatib, Sekolahnya manusia 2014).
Dengan konsep ipsative, Kecerdasan anak tidak dibandingkan
dengan anak lain. Setiap anak adalah pribadi yang unik. Setiap anak adalah
juara. Setiap kecerdasan anak tidak dikompetisikan tapi dikolaborasi menjadi
sebuah karya.Kecerdasan dikembalikan hakikat sejatinya. Bukan berwujud Prestise
pada nilai rapor tertinggi melainkan asas benefiditas ; ilmu yang bermanfaat.
Penilaian otentik berbasis proses. Sangat berbeda dengan
penilaian standar yang dilakukan diakhir pembelajaran, biasanya ulangan harian,
mid semester, semester,dll. Penilaian otentik mengapresiasi kerja keras siswa
dalam proses pembelajaran. Kejujuran, kedisiplinan, kerjasama dan berbagai
interaksi siswa dalam pembelajaran,masuk dalam criteria penilaian. Jadi tidak
sebatas tes diatas kertas.
Soal yang berkualitas adalah soal yang dapat dikerjakan. Hal ini
mungkin menggemparkan para guru yang doyan membuat soal sulit. Penilaian
otentik yang bercorak ability test (sesuai kemampuan) menganggap penilaian
sebagai sarana untuk memotivasi. Bukan sarana untuk menjudge siswa mampu atau
tidak mampu. Penilaian otentik dilakukan agar semua siswa berhasil.
Penilaian otentik memberlakukan siswa sebagai pribadi yang unik.
Dengan konsep discovering ability, guru memberikan ruang bagi ragam kecerdasan
siswa dalam menyelesaikan persoalan (test). Jika tidak bisa dijawab secara
tertulis, mungkin bisa didiktekan, dinyanyikan, digambarkan, dibuatkan puisi,
pantun, video atau diproyeksikan dalam gerakan tubuh. Sekali-kali, yuk tantang
murid-murid kita menyelesaikan persoalan IPA dengan puisi.Unik-kan
Keunggulan lain dari penilaian otentik adalah menawarkan lingkungan
yang menarik, aktif, hidup dan menyenangkan.Siswa tak perlu cemas berburu
rangking atau takut nilainya rendah dibanding anak lain. Semua siswa bebas
saling berinteraksi dan bekerja sama dalam pembelajaran.
Bentuk test pun didesain agar multi jawaban. Penilaian otentik
menghindari jawaban tunggal. Sehingga setiap anak dipantik untuk kreatif dalam
menyelesaikan persoalan. Jika menggunakan taksonomi Bloom, Model soal tidak
lagi berkutat pada hafalan (Mengetahui dan memahami) seperti ‘Dimanakah tempat
kelahiran Sultan Hasanuddin?’atau ‘Apa yang dimaksud dengan Ilmu ekonomi?’.
Soal didesain agar memantik High order thingking (Kemampuan analisis,
aplikasi,Sintesis, dan Evaluasi) misalnya,‘Apa yang terjadi jika rakyat yang
dipimpin sultan Hasanuddin tidak berani melawan penjajah?’atau “Bagaimana
pengaruh maraknya penjual nasi kuning terhadap perekonomian kota Baubau?.
Guru-guru juga tidak perlu repot melarang siswa untuk melihat
buku. Wong jawabannya tidak ada di buku. Buku hanya pengantar siswa dalam
memecahkan masalah. Model Open Book ,melatih siswa akrab dengan literasi
informasi dan Menghidupkan otak analitis kreatif (Neokorteks). Berbeda jauh
dengan close book yang cenderung memaksa pada satu jawaban tertentu (Otoriter)
juga sebatas menjiplak isi buku. Kalau tidak salah, einsten pernah berkata,
“Otak saya tidak didesain untuk menghafal, tapi menemukan sesuatu”.
Berbeda dengan rapor standart yang hanya berwujud tulisan pada
lembar kertas.Penilaian otentik menghasilkan produk-produk kreatif yang
bermanfaat. Termasuk Portofolio yang berisi rekam karya siswa selama
pembelajaran. Orang tua juga bisa mengetahui secara kongkret kekurangan dan
perkembangan anak. Hal ini dikarenakan raport otentik menjelaskan secara detail
perkembangan di tiga ranah kecerdasan (Kognitif,Psikomotorik,Afektif) Misalnya
pada ranah Psikomotorik, ‘Dalam menulis kalimat dalam surah An-Nasr, dari segi
perencanaan baik sekali, namun dari segi hasil dan estetika masih memerlukan
usaha bimbingan lebih lanjut’. Bandingkan dengan raport standart,‘matematika :
60’, apa nih artinya? Bidang mana dari matematika yang harus diperbaiki?
kriteria mana yang masih kurang dan butuh bimbingan lebih lanjut?. Masih
abstrak.
Memang dalam pelaksanaan penilaian otentik sebagai standar
penilaian kurikum 2013, masih banyak sekolah dan guru-guru yang mengeluh.
Beberapa sekolah di tanah Buton saja, harus menunda pengambilan rapor otentik.
Sebab musababnya hanya berkutat pada wilayah teknis. “kita mau kata-katai apa
ini rapor?” kata seorang guru yang baru mendapatkan sampel rapor otentik dari
dinas pendidikan. Belum lagi keluhan lain seperti bikin repot, bingung
inputnya, rapor tidak penting lagi karena tidak ada rangkingnya, Kurangnya
sosialisasi dan lain sebagainya.
Namun diluar keluhan teknis itu, substansi penilaian otentik
bukanlah menambah kerepotan tapi meredefenisi makna keserdasan. Lebih humanis
dalam memaknai kecerdasan dari berbagai aspek. Tidak sebatas kemampuan diatas
kertas. Sungguh tidak satupun entitas di planet ini termasuk anak kita yang
tercipta tanpa guna. Semua menggoreskan pena kecerdasannya dalam berbagai rupa.
Laksana pelangi, penilaian otentik menyuguhkan keindahan itu dalam berbagai
warna.
Menyuapi husain harus dibarengi dengan keterampilan
story telling. Anak ini susah makan kalau tekniknya konvensional. Harus ada
cerita kreatif yang lucu, menggugah perasaan, lengkap dengan latar suara yang
menyentak-nyentak.
Seperti saban hari, saya kisahkan pesawat inggris
melewati camp auswitch di perang dunia kedua. Matanya terbelalak melihat
monyong bibir saya meniru pekik burung besi. Saya tidak tahu apakah dia
terkesima dengan cerita atau jijik melihat bentuk mulut bapaknya. Yang pasti,
gerombolan burung besi yang membawa nasi dan ikan goreng berhasil mendarat
mulus di mulutnya.
Bagaimana menurut anda jika dahan pohon pisang
dipaksakan menjadi tiang Kasulana
Tombi (Tiang Bendera Buton)? Pohon tomat dijadikan penyangga rangka atap?Atau mengharapkan
buah yang manis dari pohon jati? Pasti anda akan tertawa terkekeh-kekeh dan mengatakan bahwa ituadalah hal
yang bodoh, gila dan kurang kerjaan. Sayapun sependapat dengan anda bahwa hal
itu adalah sesuatu yang aneh.
Mama Jana paham betul bagaimana ikan yang baik untuk parendenya. Tekstur, aroma,
dan kesegaran ikan ; bumbu mana yang cocok untuk ikan ; berapa lama
memasak ikan ; sampai cara penyajian. Begitu juga dengan penjual kasoami. Ina-ina kita pasti tahu kaopimana yang baik untuk
kasoaminya ; bagaimana cara mengukus yang baik ; bagaimana cara menjaga kasoami
agar tetap mambaka untuk disantap. Kita dapat mengatakan
Ina-ina kita dan Mama Jana begitu profesional karena mengerti tentang bahan utama ;
Kaopi dan ikan yang diolah menjadi kuliner Buton yang nikmat. Bagaimana dengan
guru dan orang tua? Seseorang bisa dikatakan guru atau orang tua yang
profesional ketika paham betul bahan utama kecerdasan (baca : otak) yang selama
ini diolah menjadi anak yang berguna.
“Angka-angka yang ada dalam Raport sekolah yang di sebut sebagai nilai dari anak-anak kita hanya berguna untuk bisa naik kelas dan lulus di sekolah, tapi yg dibutuhkan untuk naik kelas dan sukses di kehidupan nyata bukan angka-angka tersebut melainkan sebuah Visi hidup yg jelas, Kreatifitas dan Karakter yang Positif.” -Robert Kyosaki-
“Berikan saya anak paling bodoh di Tolikara, saya akan
menjadikannya juara dunia” tantang Yohanes Surya. Profesor yang ahli dalam fisika
ini tidak main-main dengan ucapannya. Dalam sebuah gerakan mencerdaskan
anak-anak di Papua. Yohanes Surya berhasil menyulap anak-anak yang tadinya
kurang PD dan tidak tahu sama sekali matematika menjadi anak yang penuh
harapan dan sangat antusias dalam menjawab soal-soal matematika. Believe it or not, perubahan itu
dilakukan hanya dalam tempo sebulan. Mau tahu rahasia sulap dari pendiri Surya
University ini? Yuk kita simak kisahnya.
"Saya menghimbau kepada seluruh kepala sekolah untuk tidak merayakannya di sekolah, karena valentine day bukan budaya kita, apalagi melanggar nilai-nilai budaya di daerah kita,". Demikian seruan kadis DIKMUDORA kota Baubau yang saya ikat dari Koran local.
Terus bagaimana dengan
goyang itik kemarin pak? Apakah itiknya itik local atau itik impor? Bagaimana
juga dengan lomba karaoke guru-guru yang diringi joged nyawer tahun 2015?
Edannya, lomba itu dikemas dalam peringatan hari pendidikan. Apakah nyawernya sejalan
dengan budaya kita ?
Adakah
juara dunia dalam dua bidang sekaligus? Tiba tiba ada atlet yang juara renang
sekaligus juara tinju dunia. Yah, kabar itu jarang ada. Bahkan hampir mustahil.
Mengapa? Karena World Class hanya diraih oleh mereka yang fokus dalam hidup.
Entah itu dalam dunia olahraga, kerja, terlebih lagi dalam pendidikan dan
mengakhiri jomblo. Eh, keceplosan.
Siapa bilang nikah itu enak. Bohong
tuh. Bualan belaka. Itu hanya halusinasi bujang yang kelamaan menjomblo.
Kenyataan dilapangan justru berbanding terbalik dengan mimpi-mimpi indah. Asal
tahu saja, menikah itu nikmatnya hanya satu persen, yang Sembilan puluh
Sembilan persennya, nikmat sekali mas bro. So,
nikah yuk.
Nak, abi mencintai Ummimu sejak zaman SMP dulu. Sejak rambut
Ummimu masih di kepang dua. Sejak Dao Ming Shi dan geng F4-nya masih merajai
televisi Indonesia. Geng abi juga dulu dinamai F16. Serasa abi menjadi Dao Ming
Shi dan Ummimu Sancai si Rumput Liar.
Menjawab tanya
‘mengapa ingin menulis’ sama seperti menerka ‘mengapa jatuh cinta’. Susah diikat
secara utuh. Dua-duanya masalah hati. Jika masih mau mengungkap, mari simak
lima kisi-kisi cinta dalam menjawab alasan menulis. Cirinya hampir sama dengan
mereka yang dilahap asmara.
Kebahagiaan
hari ini tumpah ruah di Kotamara, menikmati sunset sambil menulis bareng
bersama istri. Jarang-jarang kedua kegiatan itu berlangsung dalam satu moment.
Menulis yah...menenggelamkan jiwa dalam lautan makna. Sementara bersama istri
adalah membenamkan hati dalam samudra cinta.
"Tak seorang pun
yang ada dihatiku" lantunan biduawan cetar menghibur acara nikah. Sungguh,
saya tidak tahu siapa yang duduk di pelaminan. Satu - satunya informasi yang
ada di kepala adalah istri tak sempat masak. Jadi siang ini, makan siangnya di
pesta.
Bersama istri, saya menggantikan ayah menghadiri perjamuan nikah. Tempat ini begitu asing, hanya satu dua orang yang saya kenal.
Beruntunglah jika cinta membuncah di dadamu.
Apapun yang engkau sentuh akan menjadi karya. Seperti eleksir, cinta merubah
sepercik air jadi mutiara, pecundang jadi pujangga. Berjuta lagu, puisi, prosa,
film, novel, dan lain sebagainya hadir dalam jamuan cinta.
Begitulah, sejak dulu cinta selalu berhasil merobek kekalutan manusia dalam
ekstase rasa dan karya.
Pagi
ini berbeda dari pagi sebelumnya. Tak ada bau anyir yang pekat di karpet. Tak
ada keributan kecil yang mengganggu tidur. Tak ada cengengesan minta donat. Tak
ada seyum yang berhias iler kering. Yah, pagi ini agak aneh tanpa husain.
Jadilah
pagi ini milik kami berdua. Pasutri yang genit nan romantis.
Apa jadinya jika tulang rusukmu 'kebesaran',kurang pas, hingga
menyesakan dada? Pun bagaimana kisahnya kalau tulang itu 'kekecilan', sampai
membuatmu susah bernapas?
Istripun seperti itu. Jangan kira setelah ijab qabul langsung
plong bernapas. "Inilah tulang rusukku yang hilang" Sabar bro,
operasi 'sambung tulang' baru saja dimulai.
Stephen king pernah berujar menulis adalah mencipta, dalam suatu penciptaan seseorang mengarahkan seluruh jiwa dan nafas hidupnya.
Sepandai-pandainya
tupai melompat pasti akan jalan kaki juga. Sepandai-pandainya wanita mengumpat
cinta, pasti akan nampak dari matanya. Masa sih? Cinta memang dzat yang aneh.
Manusia jika sudah kena candunya, susah untuk mengelak. Mau menghindar
bagaimana lagi jika cinta sudah menjadi eksistensi diri─Mengganti diri kita
menjadi jiwa yang baru.
Bohong jika saya mengatakan bahwa tingkah anak saya selalu baik,
lucu dan menggemaskan. Kadang-kadang husain bisa tampil menjengkelkan,
memancing amarah, juga bikin stres.Yah, namanya juga anak anak dan emosi papa
muda yg gampang ON.
Melarung dalam makna sebuah tulisan punya kenikmatan tersendiri.
Mencoba bercengkrama dengan hati penulis yang sejati. Terkadang saya tersenyum,
pilu, marah bahkan sedih sendiri. Pun meneteskan air mata suci lelaki.
Jika
perjanjian hudaibiyah berhasil mendamaikan kaum muslimin dan suku quraish. Maka
perjanjian taro snack pagi ini berhasil mendamai perseteruan uut dan husain.
Sejak
kemarin mereka terlibat perang urat saraf. Uut sering datang pamer uang dan
mainan barunya. Sementara husain tersiksa dengan kepo yang tak berbalas.
Jadilah dua bocah ini rawan konflik. Propaganda sedikit, dibalas dengan tingkah
anarkis.
Seperti ritual biasa saat pulang kampung, subuh ini
saya menunggu siraman ruhani di masjid darusalam sampuabalo. Masjid di kampung
yang hari ini ─menjelang 17 ramadhan─sudah mulai sepi pengunjung.
Penyiram ruhani itu adalah ayah saya. Memang, ini momen
yang biasa, karena saya sudah bisa menebak ceramah kali ini pasti seputar
cerita hikmah. Entah itu cerita cerita pasutri, kehidupan masyarakat desa atau
kisah-kisah inspiratif. Namun, selalu saja, saya masih menunggu dengan antusias.
Categories
POPULAR POSTS
-
Bagaimana perasaan Anda jika dibohongi oleh orang yang paling disayangi? Apalagi pembohong itu adalah orang tua kita sendiri? Hati siap...
-
Menjawab tanya ‘mengapa ingin menulis’ sama seperti menerka ‘mengapa jatuh cinta’. Susah diikat secara utuh. Dua-duanya masalah hati....
-
Seperti ritual biasa saat pulang kampung, subuh ini saya menunggu siraman ruhani di masjid darusalam sampuabalo. Masjid di kampung yang...
-
"Grrruuuuukkkk" suara kaca bergetar disertai lantai yang mulai bergoyang. Dua kali suara itu bergemuruh merobek sunyi. "...
-
Menyuapi husain harus dibarengi dengan keterampilan story telling. Anak ini susah makan kalau tekniknya konvensional. Harus ada cerita kr...
-
Nak, abi mencintai Ummimu sejak zaman SMP dulu. Sejak rambut Ummimu masih di kepang dua. Sejak Dao Ming Shi dan geng F4-nya masih meraj...
-
Semua manusia sama, tak ada yang luput dari masalah. Yang beda, bagaimana menyikapinya. Ada yang suka menghadapi masalah dengan shari...
-
Mama Jana paham betul bagaimana ikan yang baik untuk parende nya. Tekstur, aroma, dan kesegaran ikan ; bumbu mana yang co...
-
Siapa bilang nikah itu enak. Bohong tuh . Bualan belaka. Itu hanya halusinasi bujang yang kelamaan menjomblo. Kenyataan dilapangan just...
-
Siapa bilang kita dijajah belanda 350 tahun dan jepang 3,5 tahun. Memang apa yang dijajah? negara? Wong negara ini baru lahir tahun...
Free Writing
- Odong-odong sang preman garong
- Ummi…ada ayam di langit
- Mau ke sekolah abi, mau cari ilmu sampai dapat
- Mengintip bocah berbaju loreng
- Mau dididik kemana anak ini ?
- Bahagia itu sederhana : aku, kau, ummimu dan sepiring pisang epe
- Tenggelamnya Kapal Nabi Nuh
- Sabhangka, sahabat se-perahu.
- Te quiero mucho
- Jenggot abi coklatos
- Parende berbumbu cinta
- Ingin hidup bahagia?, Tulislah tentang cinta.
- Obat anti galau
- Cupang merah marun
- A Bad Dream
- Bravo papa muda
- Surga bukan ditelapak kaki Joda
- Desain Agung Cinta
- Cinta 96 Km
- MOS : Masa Orientasi Sepasang Kekasih
- Cerdas gaul, Cerdas yang dianak tirikan
- Mahasiswa baru di kampus kehidupan
- ‘Kasoami’ untuk Bobbi de Porter
- Konspirasi Jahat
- Eliksir Cinta
- Tendangan Unyu
- My Beautiful Rose
Mengikat Makna
Puisi
Mengenai Saya
- La Anto
- Ayah tiga anak yang susah diam. Founder dan Kepala Sekolah Jelajah Dunia. Menyenangi membaca, menulis, berdiskusi serta bermain dengan Husain,Uwais dan Yugana.
Arsip Blog
-
▼
2016
(63)
-
▼
Agustus
(34)
- CINTA, KAPAN AKU TERBEBAS DARIMU
- TUHAN MENDESAIN JIWA KITA SEBAGAI PEMIMPIN, BUKAN ...
- RESEP AWET CINTA
- INDONESIA TANAH AIRKU, TANAH TUMPAH DARAHKU...
- PAPA MUDA JUGA MANUSIA
- SYUKRAN, MONROE!
- INGAT, NAK! DUDUKLAH BERSAMA ORANG BIJAK. BAIK MER...
- JOMBLO, MANA JOMBLO!
- SEANDAINYA PAPA MUDA JADI MENTERI PENDIDIKAN
- SUDAH SIAPKAH SAYA MENINGGALKAN DUNIA BESERTA HUSA...
- KETIKA AMARAH MENJADI CINTA
- CINTA, KAPAN AKU TERBEBAS DARIMU
- PRAHARA UN
- EMANG GAMPANG JADI DALANG
- MENDETEKSI KECERDASAN ANAK DARI KENAKALAN, MUNGKIN...
- PENDIDIKAN RAMAH OTAK
- SETIAP ANAK ADALAH JUARA
- BENARKAH ADA ANAK BODOH?
- PALENTINE DIE
- CITA CITA JADI PILOT, BELAJARNYA KOK 'PITHENCANTRO...
- Nikah Yuk !
- CINTA 96 KM
- LIMA KISI-KISI CINTA DALAM MENJAWAB ALASAN MENULIS
- DI BAWAH DEKAPAN LANGIT SENJA
- UMMI TIDAK RELA SAYANG, KEMBALIKAN ACARNYA !
- MENULIS DALAM JEMAWA CINTA
- BOCAH PENGGAYANG LOBUS CINTA
- TULANG RUSUK DIA YANG ‘KEBESARAN’ ATAU HATI KITA Y...
- MENULIS SEBAGAI PROSES MENCIPTA
- SAYA TERIMA NIKAHNYA
- RITUAL PENGUSIR STRES
- MEMBACA ; MEMBURU MANUSIA BARU
- HUDAIBIYAH DAN PERJANJIAN TARO SNACK
- ORANG PINTAR KALAH SAMA ORANG BEJO
-
▼
Agustus
(34)
Ad Banner
Hidup Adalah Jejak Pengabdian. Diberdayakan oleh Blogger.