SAMBIL MENYELAM, MINUM AIR : SAMBIL BERAMAL, LIHAT KAMU
Nikah masal yuk. Begitu saran saya dirapat SMADA 06 BAUBAU. Agak
gila memang, berhubung nikah masal adalah hal yang baru dan sepertinya masih
tabu dilakukan di kampung tercinta.
Namun saya tidak main-main dgn ide itu. Saya sedih aja mendengar
raungan jomblo di tepi kepala tiga hari ini. yah, kami skrng tidak muda lagi.
Uda alumni satu dekade SMA. Uda sepuluh tahun mas bro. Uda baxk teman, orang
tua, tante, nenek, tetangga ampe ibu ibu majelis taklim yg tanya
"kapan nikah?"
Maaf yah saya harus mengingatkan Kegalauan ini lagi. Bukan untuk
membully. sekedar menyinggung aja dengan terus terang. Apa bedax guys
Sebagai fresh graduatednya kampus jomblo, saya memiliki kepekaan
yg tinggi pada nasib tuna cinta. Hati saya bisa sedemikian pilu jika melihat
cewek baik-baik yang harus menunggu kepastian dri sang lelaki. "Entah
sudah brapa purnama aku menanti. Haruskah aku jadi jones untuk menunggumu
sayangku?"
Di sudut gelap lain, seorang lelaki terpekur menghitung celengan
nikah. "Kayaknya belum cukup ini uangku buat bayar laser bure"gumamnya.
Saking mahalnya biaya nikah hari ini, si bujang terdesak dalam 3 pertanyaan
besar. Kawin lari? Putusin si doi? Atau menunggu bidadari jatuh dari atap
rumah? Yang disebut terakhir bisa bikin gila.
Kembali lagi ke ide nikah masal. Saya rasa ini obat paling manjur.
Tinggal nyali kita aja yang ditantang untuk merealisasikanx. Jangan takut anak
muda. Bukankah soekarno pernah berkata "Berikan aku 10 orang tua, kan
kucabut semeru dari akarnya. Berikan aku satu jones, kubakar rumah calon mertua
dalam tungku cinta" Ini gila.
Tapi sudahlah, dalam euforia demokrasi kita harus patuh pada
keputusan orang banyak. Termasuk dalam rapat SMADA 06 BAUBAU. Lagi pula,
perbedaan pendapat kami, bukan pada frame benar atau salah, melainkan pilihan
bijak dari berjuta kebaikan.
Satu dari berjuta kebaikan itu adalah gerakan kami hari ini.
SATU DEKADE SMADA 06 BERBAGI. Ini gerakan cinta untuk anak kurang mampu di desa
kalia lia.
Memang tak ada nikah massal disini. Tapi taaruf
sembunyi-sembunyi. Moga ini awal dari ikhtiar menyatukan yang terserak. Sambil
menyelam minum air. Sambil beramal lihat kamu. Iya kamu, dimana saya bisa bertemu
orang tuamu?
0 komentar